PAPUAN WELCOME CEREMONIAL "apa sih itu piring gantung?"
- efa samsudin
- Jun 1, 2018
- 2 min read
LINK YOUTUBE https://youtu.be/oNZ7Dyx4CWw
Tarian Selamat Datang adalah tarian tradisional yang penuh dengan energi dan kaya akan makna khas Papua untuk menyambut tamu penting atau tamu kehormatan yang berniat baik di Tanah Papua, tarian ini biasanya dibawakan oleh penari perempuan dan laki-laki. Makna dari tarian ini sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat dalam menyambut para tamu.
Kostum Tari Selamat Datang
Untuk kostum yang digunakan dalam pertunjukan Tari Selamat Datang, biasanya merupakan pakaian tradisional yang terbuat dari daun atau akar. Namun pada saat ini banyak juga yang menggantinya dengan pakaian kain sebagai pengembangan agar terlihat menarik. Walaupun begitu, aksesoris yang digunakan masih tetap sama, seperti halnya penutup kepala, kalung, dan gelang, serta lukisan etnik yang mewarnai tubuh mereka. Sehingga nuansa khas Papua masih tetap melekat.
PIRING GANTUNG
Piring Gantung adalah piring keramik China yang bergambarkan ukiran-ukiran huruf China, lukisan, gambaran hewan (Naga), dan berbagai ormanen lainya. Bagi masyarakat Papua khususnya suku Biak dan Serui piring gantung merupakan sebuah benda yang sangat berharga dan banyak fungsinya.
Dalam sejarah panjang piring gantung bukanlah berasal dari Papua. Benda berharga ini sejak berapa abad silam dibawa langsung dari China oleh para pedagang-pedagang China.
Maluku khususnya Kepulauan Banda sebagai penghasil rempah-rempah, memiliki andil yang cukup besar atas penyebaran piring antik di tanah Papua. Ada sebagian pedagang China yang penasaran dengan keindahan Papua mengambil keputusan untuk melihat lebih dekat Mutiara dari timur ini.
Menurut beberapa cerita rakyat Papua, para saudagar ini sangat takjub ketika telah menginjakkan kaki pertama kali di tanah Papua. Sepanjang mata memandang hanyalah ketakjuban yang dirasakan. Keinginan menetap pun adalah keputusan mereka. Namun ada persyaratan yang harus dilewati yaitu harus menikahi anak perempuan kepala suku/tuan tanah terlebih dahulu.
Setelah itu mereka dipersilahkan untuk menetap dengan mengeklaimkan tanah pemberian dari ayah dari perempuan yang dinikahinya. Selain itu ada juga imbalan/penukaran/pemberian dari para pedagang kepada penduduk setempat yaitu piring antik, yang boleh dikenal oleh generasi muda Papua dengan piring gantung. Sampai sekarang benda pusaka ini telah dijaga turun-temurun oleh generasi suku Baik dan Serui.
Banyak orang Papua ataupun para pendatang yang menetap di Papua mengetahui bahwa piring gantung memiliki fungsi sebagai mahar, namun tidak banyak yang mengetahui fungsi lain dari piring antik tersebut. Semakin bertambahnya jaman fungsi awal dari piring gantung sebagai maharpun berkembang menjadi multifungsi.
Fungsinya tersebut selain sebagai pembayaran mas kawin kepada pihak wanita, piring gantungpun dibeberapa klan memiliki kepentingan untuk keperluan adat, seperti; penyambutan tamu kehormatan acara basu kaki, dan pemotongan rambut bayi yang baru saja lahir.
Di zaman sekarang sudah banyak generasi-generasi dari kedua suku besar Papua ini, yang melupakan sepak terjang sejarah asal-muasal dari piring gantung, dan fungsinya selain sebagai mahar. Sayang sekali, padahal ketika memfungsikan kembali piring gantung, tentu akan membawa keuntungan yang besar bagi diri-sendiri.
Sebagai identitas budaya yang mengakar beberapa abad silam, benda berharga ini juga mempunyai nilai edukasi, ekonomi dan pariwisata bagi generasi muda Papua. Cara yang terbaik adalah melestarikan dengan kemampuan ada pada kita, misalnya menceritakan kembali melalui sebuah artikel/buku, memperlihatkan proses penyambutan pada turis, dan memaksimalkan dalam proses perkawinan. Ketika sebuah budaya mulai menghilang, maka tak ada lagi indentitas suatu bangsa. “Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi”.
YUK CINTAI DAN LESTARIKAN KESENIAN TRADISIONAL DI INDONESIA!
sumber : http://www.negerikuindonesia.com/2015/11/tari-selamat-datang-tarian-tradisional.html
https://m.liputan6.com/citizen6/read/2181688/fungsi-piring-gantung-nan-cantik-bagi-suku-biak
Comentários